Rabu, 30 April 2014

Proses Pembentukan Tanah

         

    Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan 
       berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi
       sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanahproses pembentukan tanah sangaterat kaitannya dengan pelapukan baik itu pelapukan fisika atau pelapukan kimi dari batuan atau bahan organik. Pelapukan tanah terdiri dari :


         a.Dekomposisi
   Dekomposisi atau pelapukan kimia berlangsung dalam kondisi tanah cukup air. Oleh karena itu di daerah humus biasanya ditumbuhi vegetasi proses dekomposisi itu di daerah humus yang biasanya ditumbuhi vegetasi proses dekomposisi lebih dominan terjadi dari proses disintegrasi. Dekomposisi akan menyebabkan perubahan sebagian atau seluruh mineral menjadi mineral baru. Tanah yang dihasilkan
  akan mempunyai susunan yang sangat berbeda dengan susunan bahan induknya. Dengan perantaraan air, dekomposisi dilakukan oleh tumbuh tumbuhan, hewan, dan bahan terlarut.
   1. Dekomposisi oleh Tumbuh-Tumbuhan
      Tumbuhan tingkat tinggi akan melapukkan batuan  melalui perakaran tanaman, sehinggadisekitar
      daerah perakaran proses pelapukan mineral akan berlangsung cepat,hal ini disebabkan oleh
      adanya  akar yang bersifat masam. Kemudian sisa-sisa
      tumbuhan banyak mengandung asam anorganik dan asam organik. Asam 
      anorganik lebih efektif dalam dekomposisi dibandingkan dengan asam organik,
      sehingga perbedaan ini dapat dilihat dari perbedaan morfologi tanah.

   2. Dekomposisi oleh Mikroorganisme
       Mikroorganisme merupakan faktor penting dalam dekomposisi batuan, karena metabolisme dari
       mikroorgannisme menghasilkan karbondioksida, asam anorganik, danasam organik. Dalam
       keadaan anaerob, senyawa-senyawa tertentu yang mengandung oxygen, seperti nitrat dan sulfat,
       bertindak sebagai sumber O. Juga unsur-unsur mineral seperti Fe, S, Mn, dan senyawa anorganik
       oleh bakteri tertentu juga digunakan sebagai sumber energi.
 
   3. Dekomposisi oleh Hewan                                                                    
       Hewan juga dapat melakukan dekomposisi, baik pada saat masih hidup maupun pada saat telah
       mati. Pengaruh vertebrata yang masih hidup terhadap dekomposisi batuan induk masih relatif
       kurang, meskipun sering ditemukan tmbun-timbunan Ca, Mg,Fosfat, bikarbonat, nitrat, dan lain
       lain di gua-gua binatang. Sisa-sisa vetebrata akan menghasilkan karbondioxida, nitrat dan
       senyawa-senyawa yang dapat
       mempercepat proses dekomposisi. Kemudia serangga mengangkut bahan  
       organik kedalam tanah yang telah terbentuk dengan membuat liang-liang yang dapat meresapkan
       air dan udara kedalam tanah, sehingga akan mendukung proses dekomposisi. Sedangkan
       cacing berfungsi untuk memisahkan butir-butir tanah yang halus dari bagian yang kasar, dan
       mencampurkannya dengan bahan organik tanah.
            4. Dekomposisi Geokemik (geochemical weathering)
                Dekomposisi geokemik dalam proses pembentukan tanah dapat dibedakan atas:
        a. Oksidasi                                
         Reaksi oksidasi merupakan berkurangnya electron atau muatan negative yang terjadiakibat penambahan oksigen kedalam tanah. Senyawa anorganik terpenting dalam oksidasi adalah Fe. Jika unsur ini terkandung dalam karbonat, sulfide, atau silikat,maka senyawa ini akan mengalami dekomposisi secara cepat. Oksidsai selalu diikutioleh penambahan volume, sehingga akan mempertinggi kepekatan bahan terhadap pelapukan lanjutan reaksi oksidasi di satu pihak dan reduksi di pihak lain. Akibat darireaksi oksidasi akan menyebabkan warna tanah menjadi merah atau ditemukan bercak-bercak merah dalam tanah. Peristiwa oksidasi ini sangat intensif terjadi apabila tata udara tanah sangat baik, sehingga terjadi proses oksidasi besi ferro menjadi besi ferri, sehingga mineral-mineral menjadi hancur. 
        b. Reduksi                                                                                     
        Reduksi terjadi pada daerah atau tanah-tanah yang tergenang air atau pada tanah-tanah dengan
        tata udara yang buruk, persediaan oksigen rendah sedangkan kebutuhan organisme akan
        oksigen cukup tinggi. Proses ini akan mengubah besi ferri menjadi ferro yang sangat mudah
        bergerak, sehingga besi akan mudah hilang dari tanah kalau terjadi pencucian oleh air.
        c. Hidratasi                                                                                                        
         Mineral yang terendam air, bidang permukaan, rusuk Kristal, dan sudut kristalnya akan dijenuhi oleh molekul air sehingga akan membentuk mantel-hidrat yang berfungsi sebagai isolator terhadap pengaruh luar, yang akan mengakibatkan    rusaknya kisi dan bentuk Kristal. Akibat proses hidratasi ini mineral akan menjadi lunak dan daya larutnya makin tinggi, sehingga akan memperbesar kepekaan bahan induk terhadap proses pelapukan selanjutnya, baik disintegrasi maupun dekomposisi.
        d.Hidroilisis                                                                                           
        Hidrolisis merupakan disosiasi molekul H₂O menjadi Hᶧ dan OH⁻ sehingga akanmenimbulkan reaksi masam (Hᶧ) atau basa (OH⁻) yang terjadi akibat kandungan airyang cukup dalam tanah. Dalam hal ini air bertindak sebagai asam lemah dan akibat pengaruhnya pada mineral silikat tergantung pada kegiatan ion Hᶧ. Dekomposisi hidrolisis sederhana berupa pengantian ion alkali atau alkali tanah dalam lapisan kisimineral oleh ion Hᶧ, sehingga akan menghasilkan pembentukan asam-alumino-silikatatau asam ferosilikat, dan bebasnya hidroksida-alkali tanah. Secara umum, hasilumum proses hidrolisis adalah: desilifikasi,merupakan penghanyutan asam silikatoleh air perkolasi yang umumnya terjadi didaerah tropis, dealkalisasi, merupakan pembebasan alkali dan alkali tanah oleh proses pelindian yang umumnya juga terjadidi daerah tropis , dan pembentukan senyawa-senyawa baru akibat perubahan mineral atau resistensi partial hasil dekomposisi, sehingga akan membentuk kompleks lempung atau kompleks koloid anorganik.
         e.Dekomposisi pedokemik (pedochemical weathering)                             
         Proses dekomposisi yang terjadi didalam tubuh tanah adalah umumnya proses redox(reduksi-oksidasi) yang berlangsung secara bersamaan atau berganti-ganti. Perubahan-perubahan keadaan oksidasi dan reduksi menyebabkan terjadinya pelapukan Fe dan Mn dari mineral-mineral primer yang kemudian membentuk karatan atau konkresi dalam solum tanah. Karena pergantian proses oksidasi-reduksi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan mineral.


 b. Desintegrasi atau pelapukan fisika dapat disebabkan oleh pengaruh temperature, air,dingin, cuaca, dan glacier. Desintegrasi adalah suatu proses mekanik dimana batuan- batuan massif (tidak lepas) pecah menjadi fragment-fragment yang berukuran kecil tanpaadanya perubahan sifat-sifat fragment. desintegrasi dapat disebabkan oleh temperature,air, angin, cuaca yang membekukan, makhluk hidup.Proses pembentukan tanah erat kaitannya dengan peristiwa pelapukan. Pelapukan merupakan penghancuran fisika dan kimia dari batu-batuan yang sudah berjalan sebelum proses pembentukan tanah berlangsung sampai tidak ada lagi bahan-bahan untuk di lapuk yang terjadi baik di bawah solum (geochemical weathering, terjadi pada horizon C) ataupun di dalam solum(pedochemical weathering, pelapukan pada solum tanah, horizon A dan B)
       
       1.Desintegrasi akibat Temperatur                                                                  
          Batuan yang bertekstur kasar akan mudah mengalami desintegrasi dari
          batuan bertekstur halus, sedangkan mineral-mineral yang berwarna kelam lebih banyak
           menyerap panas daripada yang berwarna kelam lebih banyak menyerap panas
           dari pada yang berwarna cerah. Karena batuan tersusun atas berbagai mineral 
           yang mempunyai koefisien exspansi dan kontraksi berlainan, maka fluktuasi temperatur menyebabkan pecahnya batuan menjadi butir-butir mineral tunggal.
     
       2.Desintegrasi akibat Air                                                                             
          Aliran air mempunyai daya angkut yang cukup besar. Makin cepat air mengalir makin besar pula
          daya angkutnya, sedangkan makin miring permukaan tanah makin cepat air mengalir. Kemudian
          bahan yang dihanyutkan akan menimbulkan
          proses pengikisan pada batuan yang dilalui, sehingga batu
          batuan akan pecah dengan permukaan batuan yang licin.
      
       3.Desintegrasi akibat Angin                                                                           
          Pengaruh angin hampir sama dengan pengaruh air. Aliran angin selain disebabkan bentuk
          permukaan bumi juga disebabkan oleh perbedaan temperatur ditempat-tempat tertentu. Angin
          dalam kecepatan besar mampu mengangkut batuan dan
           selanjutnya bahan yang diangkutnya sanggup pula mengikis dan memecahkan batuan. Karena
           secara tidak langsung proses disintegrasi ini merupakan akibat perbedaan temperatur, maka proses ini banyak terjadi didaerah kering (gurun pasir).
      
        4.Desintegrasi akibat Cuaca yang Membekukan                                    
           Proses desintegrasi ini terjadi apabila temperatur mencapai titik beku
           sedangkan batuan juga mengandung air, sehingga terjadi proses pembekuan air 
           dalam batuan. Pada umumnya batuan yang retakannya terisi air tidak kuat untuk
           menahan perubahan volume es yang membeku sehingga batuan akan pecah. Syarat utama
           terjadinya desintegrasi ini adalah adanya retakan-retakan dalam batuan yang dapatmengabsorbsi air. Pelapukan ini umumnya terjadi pada daerah kutub dan di daerah pegunungan tinggi diatas garis salju.
            
                 5.Desintegrasi Makhluk Hidup
       Dibawah vegetasi, pertumbuhan akar akan mengadakan tekanan yang kuat, sehingga dapat
       memecahkan batuan yang disusupi oleh akar tersebut. Peristiwa ini diikuti
       oleh proses dekomposisi akibat keluarnya excret-excret tertentu dari akar, umumnya terjadi di
       daerah tropika basah. Proses desintegrasi yang diikuti oleh proses dekomposisi tersebut
       dengan alterasi.

http://www.academia.edu/5081150/GEOGRAFI_TANAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar