Rabu, 30 April 2014

Proses Pembentukan Tanah

         

    Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan 
       berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi
       sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanahproses pembentukan tanah sangaterat kaitannya dengan pelapukan baik itu pelapukan fisika atau pelapukan kimi dari batuan atau bahan organik. Pelapukan tanah terdiri dari :


         a.Dekomposisi
   Dekomposisi atau pelapukan kimia berlangsung dalam kondisi tanah cukup air. Oleh karena itu di daerah humus biasanya ditumbuhi vegetasi proses dekomposisi itu di daerah humus yang biasanya ditumbuhi vegetasi proses dekomposisi lebih dominan terjadi dari proses disintegrasi. Dekomposisi akan menyebabkan perubahan sebagian atau seluruh mineral menjadi mineral baru. Tanah yang dihasilkan
  akan mempunyai susunan yang sangat berbeda dengan susunan bahan induknya. Dengan perantaraan air, dekomposisi dilakukan oleh tumbuh tumbuhan, hewan, dan bahan terlarut.
   1. Dekomposisi oleh Tumbuh-Tumbuhan
      Tumbuhan tingkat tinggi akan melapukkan batuan  melalui perakaran tanaman, sehinggadisekitar
      daerah perakaran proses pelapukan mineral akan berlangsung cepat,hal ini disebabkan oleh
      adanya  akar yang bersifat masam. Kemudian sisa-sisa
      tumbuhan banyak mengandung asam anorganik dan asam organik. Asam 
      anorganik lebih efektif dalam dekomposisi dibandingkan dengan asam organik,
      sehingga perbedaan ini dapat dilihat dari perbedaan morfologi tanah.

   2. Dekomposisi oleh Mikroorganisme
       Mikroorganisme merupakan faktor penting dalam dekomposisi batuan, karena metabolisme dari
       mikroorgannisme menghasilkan karbondioksida, asam anorganik, danasam organik. Dalam
       keadaan anaerob, senyawa-senyawa tertentu yang mengandung oxygen, seperti nitrat dan sulfat,
       bertindak sebagai sumber O. Juga unsur-unsur mineral seperti Fe, S, Mn, dan senyawa anorganik
       oleh bakteri tertentu juga digunakan sebagai sumber energi.
 
   3. Dekomposisi oleh Hewan                                                                    
       Hewan juga dapat melakukan dekomposisi, baik pada saat masih hidup maupun pada saat telah
       mati. Pengaruh vertebrata yang masih hidup terhadap dekomposisi batuan induk masih relatif
       kurang, meskipun sering ditemukan tmbun-timbunan Ca, Mg,Fosfat, bikarbonat, nitrat, dan lain
       lain di gua-gua binatang. Sisa-sisa vetebrata akan menghasilkan karbondioxida, nitrat dan
       senyawa-senyawa yang dapat
       mempercepat proses dekomposisi. Kemudia serangga mengangkut bahan  
       organik kedalam tanah yang telah terbentuk dengan membuat liang-liang yang dapat meresapkan
       air dan udara kedalam tanah, sehingga akan mendukung proses dekomposisi. Sedangkan
       cacing berfungsi untuk memisahkan butir-butir tanah yang halus dari bagian yang kasar, dan
       mencampurkannya dengan bahan organik tanah.
            4. Dekomposisi Geokemik (geochemical weathering)
                Dekomposisi geokemik dalam proses pembentukan tanah dapat dibedakan atas:
        a. Oksidasi                                
         Reaksi oksidasi merupakan berkurangnya electron atau muatan negative yang terjadiakibat penambahan oksigen kedalam tanah. Senyawa anorganik terpenting dalam oksidasi adalah Fe. Jika unsur ini terkandung dalam karbonat, sulfide, atau silikat,maka senyawa ini akan mengalami dekomposisi secara cepat. Oksidsai selalu diikutioleh penambahan volume, sehingga akan mempertinggi kepekatan bahan terhadap pelapukan lanjutan reaksi oksidasi di satu pihak dan reduksi di pihak lain. Akibat darireaksi oksidasi akan menyebabkan warna tanah menjadi merah atau ditemukan bercak-bercak merah dalam tanah. Peristiwa oksidasi ini sangat intensif terjadi apabila tata udara tanah sangat baik, sehingga terjadi proses oksidasi besi ferro menjadi besi ferri, sehingga mineral-mineral menjadi hancur. 
        b. Reduksi                                                                                     
        Reduksi terjadi pada daerah atau tanah-tanah yang tergenang air atau pada tanah-tanah dengan
        tata udara yang buruk, persediaan oksigen rendah sedangkan kebutuhan organisme akan
        oksigen cukup tinggi. Proses ini akan mengubah besi ferri menjadi ferro yang sangat mudah
        bergerak, sehingga besi akan mudah hilang dari tanah kalau terjadi pencucian oleh air.
        c. Hidratasi                                                                                                        
         Mineral yang terendam air, bidang permukaan, rusuk Kristal, dan sudut kristalnya akan dijenuhi oleh molekul air sehingga akan membentuk mantel-hidrat yang berfungsi sebagai isolator terhadap pengaruh luar, yang akan mengakibatkan    rusaknya kisi dan bentuk Kristal. Akibat proses hidratasi ini mineral akan menjadi lunak dan daya larutnya makin tinggi, sehingga akan memperbesar kepekaan bahan induk terhadap proses pelapukan selanjutnya, baik disintegrasi maupun dekomposisi.
        d.Hidroilisis                                                                                           
        Hidrolisis merupakan disosiasi molekul H₂O menjadi Hᶧ dan OH⁻ sehingga akanmenimbulkan reaksi masam (Hᶧ) atau basa (OH⁻) yang terjadi akibat kandungan airyang cukup dalam tanah. Dalam hal ini air bertindak sebagai asam lemah dan akibat pengaruhnya pada mineral silikat tergantung pada kegiatan ion Hᶧ. Dekomposisi hidrolisis sederhana berupa pengantian ion alkali atau alkali tanah dalam lapisan kisimineral oleh ion Hᶧ, sehingga akan menghasilkan pembentukan asam-alumino-silikatatau asam ferosilikat, dan bebasnya hidroksida-alkali tanah. Secara umum, hasilumum proses hidrolisis adalah: desilifikasi,merupakan penghanyutan asam silikatoleh air perkolasi yang umumnya terjadi didaerah tropis, dealkalisasi, merupakan pembebasan alkali dan alkali tanah oleh proses pelindian yang umumnya juga terjadidi daerah tropis , dan pembentukan senyawa-senyawa baru akibat perubahan mineral atau resistensi partial hasil dekomposisi, sehingga akan membentuk kompleks lempung atau kompleks koloid anorganik.
         e.Dekomposisi pedokemik (pedochemical weathering)                             
         Proses dekomposisi yang terjadi didalam tubuh tanah adalah umumnya proses redox(reduksi-oksidasi) yang berlangsung secara bersamaan atau berganti-ganti. Perubahan-perubahan keadaan oksidasi dan reduksi menyebabkan terjadinya pelapukan Fe dan Mn dari mineral-mineral primer yang kemudian membentuk karatan atau konkresi dalam solum tanah. Karena pergantian proses oksidasi-reduksi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan mineral.


 b. Desintegrasi atau pelapukan fisika dapat disebabkan oleh pengaruh temperature, air,dingin, cuaca, dan glacier. Desintegrasi adalah suatu proses mekanik dimana batuan- batuan massif (tidak lepas) pecah menjadi fragment-fragment yang berukuran kecil tanpaadanya perubahan sifat-sifat fragment. desintegrasi dapat disebabkan oleh temperature,air, angin, cuaca yang membekukan, makhluk hidup.Proses pembentukan tanah erat kaitannya dengan peristiwa pelapukan. Pelapukan merupakan penghancuran fisika dan kimia dari batu-batuan yang sudah berjalan sebelum proses pembentukan tanah berlangsung sampai tidak ada lagi bahan-bahan untuk di lapuk yang terjadi baik di bawah solum (geochemical weathering, terjadi pada horizon C) ataupun di dalam solum(pedochemical weathering, pelapukan pada solum tanah, horizon A dan B)
       
       1.Desintegrasi akibat Temperatur                                                                  
          Batuan yang bertekstur kasar akan mudah mengalami desintegrasi dari
          batuan bertekstur halus, sedangkan mineral-mineral yang berwarna kelam lebih banyak
           menyerap panas daripada yang berwarna kelam lebih banyak menyerap panas
           dari pada yang berwarna cerah. Karena batuan tersusun atas berbagai mineral 
           yang mempunyai koefisien exspansi dan kontraksi berlainan, maka fluktuasi temperatur menyebabkan pecahnya batuan menjadi butir-butir mineral tunggal.
     
       2.Desintegrasi akibat Air                                                                             
          Aliran air mempunyai daya angkut yang cukup besar. Makin cepat air mengalir makin besar pula
          daya angkutnya, sedangkan makin miring permukaan tanah makin cepat air mengalir. Kemudian
          bahan yang dihanyutkan akan menimbulkan
          proses pengikisan pada batuan yang dilalui, sehingga batu
          batuan akan pecah dengan permukaan batuan yang licin.
      
       3.Desintegrasi akibat Angin                                                                           
          Pengaruh angin hampir sama dengan pengaruh air. Aliran angin selain disebabkan bentuk
          permukaan bumi juga disebabkan oleh perbedaan temperatur ditempat-tempat tertentu. Angin
          dalam kecepatan besar mampu mengangkut batuan dan
           selanjutnya bahan yang diangkutnya sanggup pula mengikis dan memecahkan batuan. Karena
           secara tidak langsung proses disintegrasi ini merupakan akibat perbedaan temperatur, maka proses ini banyak terjadi didaerah kering (gurun pasir).
      
        4.Desintegrasi akibat Cuaca yang Membekukan                                    
           Proses desintegrasi ini terjadi apabila temperatur mencapai titik beku
           sedangkan batuan juga mengandung air, sehingga terjadi proses pembekuan air 
           dalam batuan. Pada umumnya batuan yang retakannya terisi air tidak kuat untuk
           menahan perubahan volume es yang membeku sehingga batuan akan pecah. Syarat utama
           terjadinya desintegrasi ini adalah adanya retakan-retakan dalam batuan yang dapatmengabsorbsi air. Pelapukan ini umumnya terjadi pada daerah kutub dan di daerah pegunungan tinggi diatas garis salju.
            
                 5.Desintegrasi Makhluk Hidup
       Dibawah vegetasi, pertumbuhan akar akan mengadakan tekanan yang kuat, sehingga dapat
       memecahkan batuan yang disusupi oleh akar tersebut. Peristiwa ini diikuti
       oleh proses dekomposisi akibat keluarnya excret-excret tertentu dari akar, umumnya terjadi di
       daerah tropika basah. Proses desintegrasi yang diikuti oleh proses dekomposisi tersebut
       dengan alterasi.

http://www.academia.edu/5081150/GEOGRAFI_TANAH

Tahap Pembentukan Tanah

     

Proses Pembentukan Tanah
 – Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah.
    
     
    •Tahap I

      Pada tahap ini, permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan menyebabkan permukaan batuan dengan kondisi yang tidak stabil. Akibatnya, terjadi pelapukan kimiawi diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis, pelarutan dan sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan mengubah struktur dan komposisi kimiawi material batuannya. Dengan membentuk material yang lebih kecil dan lunak dibanding dengan keadaan sebelumnya.


     •Tahap II             Pada tahap ini, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga,dengan proses –proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.


     •Tahap III

       Pada tahap ini,di lapisan tanah bagian atas akan mulai muncul tumbuh-tumbuhan
      perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan.
      Dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang mati akan membusuk
      membentuk humus. Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa
      asam humus yang ada di lapisan atas melalui rekahan-rekahan yang ada.
      Menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan menyebakan
      meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian akan memicu terjadinya
      pelapukan pada bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih dalam. Membentuk
      lapisan lapisan tanah yang lebih tebal. Dengan  semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah,
      air yang terfiltrasi ke dalam lapisan tanah dapat melakukan proses pencucian
      (leaching) terhadap lapisan-lapisan yang dilaluinya. Sehingga tahapan ini
      merupakan awal terbetuknya horizon-horizon tanah.


     •Tahap IV Pada tahapan ini, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga tumbuhlah tumbuhantumbuhan yang lebih besar, menyebabkan akar-akar tanaman menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu pada tahapan ini terjadi proses pencucian yang intensif. Air yang terinfiltrasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-mineral yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya pada lapisan-lapisan dibawahnya. Sehingga terbentuklah akumulasi mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu membentuk horizon tanah.

http://muherda.blogspot.com/2011/03/jenis-jenis-tanah-dan-proses.html
http://smakita.net/proses-pembentukan-tanah/

http://materi-forever.blogspot.com/2012/05/pembentukan-tanah.html


Ruang Lingkup Geografi Tanah


Ruang lingkup yang dipelajari dalam geografi tanah, meliputi:
a.   Fisika Tanah
Fisika tanah adalah cabang dari ilmu geografi tanah yang membahas sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisika yang terjadi dalam tanah, karena pengertian fisika meliputi materi dan energi, maka fisika tanah membahas pula status dan pergerakan material serta aliran dan transformasi energi dalam tanah. Tujuan fisika tanah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1.Dalam satu sisi, tujuan kajian fisika tanah adalah untuk memberikan pemahaman dasar tentang mekanisme pengaturan perilaku (fisika dan kimiawi) tanah, serta perannya dalam biosfer, termasuk proses saling hubungan dalam pertukaran energi di dalam tanah, serta siklus air dan material yang dapat diangkutnya.
2.Pada sisi lainnya, pemahaman fisika tanah dapat digunakan sebagai asas untuk manajemen sumberdaya tanah dan air, termasuk kegiatan irigasi, drainase, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah dan konstruksi.
Oleh karena itu fisika tanah dapat dipandang sebagai ilmu dasar sekaligus terapan dengan melibatkan berbagai cabang ilmu yang lain termasuk ilmu tanah, hidrologi, klimatolologi, ekologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi. Fisika tanah juga erat kaitannya dengan mekanika tanah, dinamika tanah dan teknik sipil.
Area penelitian fisika tanah dapat mencakup:
  1. Pengukuran dan kuantifikasi sifat fisik tanah di lapangan
  2. Transportasi materi dan energi (berupa air, udara, panas) di dalam tanah.
  3. Manajemen air untuk irigasi.
b.   Kimia Tanah
Tanah merupakan tubuh alam yang bebas yang tersusun oleh komponen organik maupun anorganik. Diseluruh permukaan bumi terdapat beraneka macam tanah mulai dari yang paling gersang sampai yang paling subur. Mulai dari warna yang paling gelap hingga yang warna cerah. Keanekaragaman tanah itu memiliki sifat dan kandungan yang berbeda dalam komponennya. Antara lain sifat kimia yang merupakan komponen inti dalam tanah.

Tanah satu dengan yang lain memiliki perbedaan sifat kimia yang tentunya mempengaruhi tingkat kesuburan dalam tanah tersebut. Kesuburan itu sendiri pada akhirnya erat kaitannya dengan pertumbuhan suatu tanaman. Untuk mempermudah mengkaji dan menganalisis keadaan itu maka diperlukan kemampuan untuk mengenal beragam komponen kimia dalam masing-masing jenis tanah.

Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang paling penting adalah konsep sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai konsep itu, tanah sendiri memiliki jenis dan sifat yang berbeda. Adapun jenis tanah itu antara lain : Regosol, Andisol, Vertisol, Latosol, dan masih banyak lagi. Disetiap tanah itu terkandung unsur kimia tertentu dan fase-fase reaksi kimia tertentu. Hal ini berpengaruh untuk kesuburan tanah, kembali pada konsep bahwa tanah sebagai media alami pertumbuhan tanaman.

Kenyataan pada saat ini, kadang pertanian belum mampu mengkaji hal-hal yang erat kaitannya dengan kimia tanah. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan wawasan mengenai kimia dalam pertanian. Padahal ini cukup berperan penting dalam menopang produksi pertanian. Maka dari itu, pengetahuan mengenai kimia tanah sangat diperlukan dalam bidang pertanian, khususnya ditujukan kepada para petani yang memegang peranan langsung di lapangan.
Kimia Tanah merupakan sarana untuk mempelajari mengenai beragam ilmu mengenai kimia tanah. Sehingga pada nantinya mendapatkan bekal pengetahuan dan wawasan mengenai kimia tanah dalam bidang pertanian, baik itu pengetahuan dan wawasan mengenai kimia tanah dalam bidang pertanian, baik itu mengenai unsur, fase reaksi, atau beragam hal yang erat kaitan dengan kimia tanah yang menopang untuk usaha pertanian kedepannya.

Sartohadi, Junun, Indah Sari Dewi, Nur, Jamulya. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Pustaka Pelajar.

Definisi Tanah


Tanah itu apa sih?
Mulanya orang menganggap tanah sebagai alat produksi pertanian, sehingga definisinya menyatakan tanah sebagai medium alam bagi tumbuh fegetasi yang terdapat di permukaan bumi atau bentuk organik dan anorganik yang ditumbuhi tumbuhan baik tetap maupun sementara.

Definisi menurut para ahli

1. Thaer 
(1990) mendefinisikan tanah sebagai bahan campuran dan    akumulasi dari unsur
    unsur Si, Al, Ca, Mg, Fe, dan lain-lain.
2. Wemer (1918) seorang pakar geologi berpendapat bahwa tanah merupakan lapisan hitam
    tipis yang menutupi bahan padat kering
    terdiri atas bahan bumi berupa partikel kecil yang mudah remah, sisa vegetasi, dan hewan.
3. Joffe (1949) seorang pakar tanah AS mendefinisikan tanah adalah bangunan alam yang
    tersusun atas horizon-horizon dan terdiri atas bahan mineral dan bahan organik, biasanya
    tidak padu dan mempunyai ketebalan yang berbeda.
4. Brammer (1958) menyatakan tanah
    adalah bagian kulit bumi tempat berlangsungnya pelapukan kimia dan fisika dan tempat
    kegiatan tumbuhan dan hewan.
5. Joffe (1949) seorang pakar tanah AS mendefinisikan tanah adalah bangunan alam yang
    tersusun atas horizon-horizon dan terdiri atas bahan mineral dan bahan organik, biasanya
    tidak padu dan mempunyai ketebalan yang berbeda.


“Kesimpulan dari beragam definisi para ahli tentang tanah adalah tanah merupakan
akumulasi tubuh alam bebas atau natural body yang menempati sebagian besar
permukaan bumi yang merupakan hasil proses fisika, kimia, dan biologi dapat
menumbuhkan tanaman, memiliki sifat akibat pengaruh iklim dan jasad hidup terhadap
bahan induk dalam kondisi topografi tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula
.”


http://maure-1421.blogspot.com/2009/06/geografi-tanah.html

Faktor Pembentuk Tanah



Faktor-Faktor Pembentuk Tanah

a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).

b. Organisme (Vegetasi dan Jasad Renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah, antara lain sebagai berikut.
  1. Membantu proses pelapukan khususnya pelapukan organik.
  2. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan meng hasilkan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik (mikroorganisme) yang terdapat di dalam tanah.
  3. Jenis vegetasi berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak memiliki kandungan bahan organik.
  4. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman ber pengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Misalnya, jenis cemara akan memberi unsurunsur kimia, seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat kea samannya akan lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan induk akan hancur menjadi bahan induk, mengalami pelapukan, dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk yang masih terlihat, seperti tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan mem bentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari penyucian asam silikat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.

d. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain sebagai berikut.
  1. Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya menjadi lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi proses sedimentasi.
  2. Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang drainasenya jelek sering tergenang air. Keadaan ini akan menyebabkan tanahnya menjadi asam.
e. Waktu
Tanah merupakan benda yang terdapat di alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan penyucian yang terjadi terus menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara akan habis karena mengalami pelapukan sehingga yang ter tinggal adalah mineral yang sukar lapuk, seperti kuarsa. Akibat proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka induk tanah berubah ber turut-turut menjadi muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah muda ditandai oleh adanya proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol.
Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Misalnya, tanah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua ditandai oleh proses pembentukan tanah yang berlangsung terus-menerus sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horizon A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memer lukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.

http://www.drzpost.com/reading-114-Faktor-Faktor-Pembentuk-Tanah.html